Kampanye dan Konsultan Politik

Oleh: M.Nurbadruddin

Bentuk industri baru bermunculan yaitu konsultan politik, suasana politik yang mulai memanas pada tahun 2009 ini menjadikan semua partai butuh akan sebuah konsultan kemenangan pada pemilu nanti, baik mulai dari strategi kampanye hingga bentuk pemetaan politik dan peluang kemenangan yang akan diraih. Seberapa besarkah kesempatan yang akan didapat oleh para kandidat jika menggunakan servis tersebut?.

Setiap kampanye politik setidaknya memerlukan konsultan maupun organisasi untuk menggerakkan sumber daya, dan staff maupun relawan untuk memilih calon. Konsultan politik harus membantu mengorganisir dan mengaktifkan panitia inti, yang terdiri dari pendukung dan pengumpul dana sukarela. Ia juga harus membimbing dan menasehati sang calon, menganalisa masalah-masalah, dan menyusun siasat. Inilah pekerjaan konsultan politik dalam memenangkan pemilihan baik mendesain dan memanajerial kampanye agar mendapatkan suara terbanyak, konsultan inilah yang biasa di gunakan oleh partai-partai politik sebagai konsultasi politik yang digunakan dalam memberikan advise dan strategi politik yang marak berkembang sekarang menjelang pemilu raya bulan april 2009 di negeri kita, walaupun tidak lepas dari badan pemenangan pemilihan umum (bapilu) yang dibentuk oleh masing-masing partai sebagai struktur kepanitiaan yang resmi dalam kepartian untuk memenangkan pemilu mendatang.

Lepas dari perpaduan konsultan dalam suatu kampanye, funsi-fungsi strategis dan taktik harus dijalankan. Dengan menurunnya peranan partai-partai, sebuah kampanye politik menjadi lebih menentukan terhadap hasil pemilihan. Organisasi ad hoc, yang dibentuk dengan tujuan jangka relatif pendek dan badan pemenangan pemilihan umum (bapilu) untuk membuat strategi pemenangan pemilu partai politik dalam merebut kursi anggota dewan maupun presiden, bekerja dalam suatu lingkungan politik yang bergolak. Kejadian di dalam dan luar negeri mempengaruhi pandangan dan sikap para pemberi suara atau pemilih, baik mobilitas, taraf pendapatan, pendidikan, adapun perubahan budaya maupun aturan pemilihan dan semuanya tersebut dapat mempengaruhi prilaku para pemilih. Bagaimana organisasi ad hoc atau konsultan yang menggandeng dalam memberikan kebijakan pemenangan pemilu ini dapat tetap mengatasi perubahan dan lain sebagainya?.

Berbagai strategi maupun komponen yang harus disiapkan oleh lembaga pemenang pemilu maupun konsultan politik dengan berbagai teori yang di gunakan akan sangat membantu dalam mengorganisir para pemilih. Sebagaimana yang dikatakan oleh Arnold Steinberg, berbagai macam cara dapat membantu dalam manajemen kampanye untuk mengorganisir pemilih, baik dengan adanya subsistem-subsistem; yaitu kampanye politik mempunyai subsistem-subsistem manajerial, struktural, teknis, dan psikososial, serta komponen-komponen lain, yang semua itu dihubungkan satu sama lain dalam kegiatan kampanye dan bersambung satu sama lain. Kemudian holisme, sinergisme, organisisme, dan gestalt; orang tidak dapat melihat sebagian kampanye politik, dan langsung memahami luas fungsinya. Apabila berjalan dengan sendirinya, hanya sedikit sekali yang bisa dilakukan untuk mendapatkan target penggalangan massa pemilih, dan atau tidak sama sekali dalam mencapai target. Sebagai bagian kampanye, tim ini membantu mendapatkan target yang telah direncanakan dalam meraup suara pemilih terbanyak untuk sang kandidat. Dan yang terakhir yaitu model input transformasi output; berdasarkan riset survei dan informasi yang diterima dari observasi pemetaan pemilih yang harus dilaksanakan, kampanye menghasilkan output (apa yang harus dikatakan oleh kandidat kepada konstituennya maupun para calon pemilih, bagaimana cara mengatakannya dengan lebih bijak, penjadwalan kampanye, periklanan, dan sebagainya). Strategi tersebut dapat diterapkan oleh berbagai lembaga konsultan terhadap partai yang menjadi klainnya agar membuahkan strategi dan manajemen kampanye yang efektif dan efesien dalam mencapai target dan memenangkan pemilihan umum.

Subtansial dari kampanye dan yang paling mencolok adalah untuk menjadikan sang kandidat terpilih. Terlepas dari cita-cita demokrasi yang luhur, kampanye bisanya di samakan dengan dengan sebuah organisasi pemasaran. Dalam pemasaran ada produk dan konsumen, untuk menterjemahkan hal tersebut dapat kita bayangkan produk kampanyenya adalah sang kandidat, baik dalam penampilan fisik, citra, kepandaian retorika berpidato, pendiriannya terhadap masalah-masalah bangsa dan negara, latar belakangnya, pengalamannya, pendidikannya, afiliasi kepartaiannya dan keluarganya. Dan dalam pemasaran yang akan menjadi target produk tersebut yaitu konsumen, ia akan menjadi objek dan target dari produk yang dijual yaitu konsumen, konsumen disini adalah pemilih (voters), ia akan mendukung kandidat atau salah seorang lawannya atau tidak mendukung siapapun juga “golput” dalam pemilihan tersebut. Dukungannya tersebut sebagaimana yang telah diformulasikan oleh Georg Simmel dalam teori mikrososiolegisnya pada sikap manusia akan terikat dengan lingkaran sosialnya dapat berkisar dari pemberian satu suara hingga mengajak sanak saudara, rekan dan teman-temannya untuk memberikan suara kepada sang kandidat, ia bahkan menawarkan diri untuk bekerja sukarela dalam kampanye, menyumbangkan dana, atau dan juga menerima kedudukan pimpinan.

Kampanye sebagai suatu sarana komunikasi antar kandidat dan calon pemilih memberikan sinergi yang seimbang antara need and hope, need yaitu harapan yang dibentuk dalam pola pikir pemilih dengan menilai apakah kinerja kandidat maupun partai yang menjalankan pemerintahan terakhir sudah baik bagi dirinya dan negara, dan hope ialah harapan yang ditanamkan pada kandidat maupun partai yang dipilihnya nanti akan membawa pada perubahan sesuai dengan keinginan pemilih, sikap inilah landasan sebagai pemilih rasional dan sejalan dengan penilaian V.O. Key. Dan kampanye merupakan landasan pemberi keputusan akan tambahan informasi yang didapatkan oleh pemilih untuk membentuk suatu pertimbangan pilihannya.

Strategi Kampanye

Dalam pendekatan kampanye banyak startegi yang dapat dilakukan oleh partai politik dan lembaga konsultan sebagai pendamping pemenangan pemilihan yang disebut dengan strategy campaign plans, sebagai strategi pemasaran dalam kampanye politik dapat mencakup:

  1. Menggunakan riset survei untuk memahami geografis politik, untuk mengetahui geografis sosiologis pendekatan pemilih dan mengukur peluang dan mengetahui kekuatan kandidat pihak lawan atau oposisi.
  2. Menyajikan dan mengemas kandidat dalam cara yang efektif kepada pemilih, sebagai simbol maupun ikon yang mudah diingat oleh pemilih.
  3. Menggunakan metodologi tradisonal, relawan, struktural hirarkis di setiap daerah, spanduk, stiker, brosur, sebagai penarik dan daya pikat pemilih untuk merealisasikan janji kampanye sebenarnya pada hari pemilihan.
  4. Menitik beratkan pada acara penjadwalan sang kandidat dan penampilannya melalui media, surat kabar dan periklanan maupun elektronik untuk menerobos pasaran. Agar informasi tentang kandidat dapat diserap berbagai daerah-daerah pilihannnya hingga se-nusantara.

Dan berbagai macam strategi yang bisa digunakan oleh partai-partai politik maupun individu sebagai kandidat untuk mendapatkan simpatik pemilih, baik dengan membawa idiologis partai sebagai pengikat pemilih tradisional dan program rasional untuk pemilih modern.

Pendanaan

Strategi pengumpulan dana kampanye ini dapat kita lihat sejarahnya di Amerika Serikat, pada pengumpulan dana Goldwater pada tahun 1964 yang mengawali era tersebut, dan jumlahnya dilampaui oleh Richard Nixon maupun Georg McGoven pada tahun 1972, startegi pengumpulan dana dengan jumlah kecil secara massal memberikan angin segar untuk berkampanye, dengan melalui himbauan dan kondisi politik ekonominya yang kondusif maupun menunjang sebagai stimulus kampanye.

Pendanaan pelaksanaan pemilihan umum maupun kampanye memang sangatlah besar, dari pelaksanaan pemilihan gubernur Jawa Timur yang menghabiskan biaya Rp.900M, berbanding terbalik dengan demokrasi yang berjalan di Amerika pada pemilihan gubernur California yang hanya menghabiskan biaya sekitar Rp. 20M, sungguhpun demokrasi yang telah berjalan di negeri kita ini merupakan demokrasi yang paling demokratis, karena pemimpin langsung dipilih oleh masyarakat bukan perwakilan elektoral yang ada di Amerika. Pengandaian tersebut akan sulit bagi kita pada pelaksanaan pemilu pada bulan april, pemilihan anggota legislatif dan pemilu pemilihan presiden. Berapa uang yang akan habis untuk menjalankan demokrasi di negara kita ini yang seharusnya semakin rasionalitas pemilih tidak perlu lagi membutuhkan uang dengan anggaran yang lebih besar, karena pemilih yang rasional akan dengan sendirinya memcari informasi dalam menentukan pemilihannya apakah akan menguntungkan pada dirinya maupun negaranya, hingga apapun janji maupun politik uang yang dilakukan oleh partai maupun kandidat akan sangat sedikit pengaruhnya, karena sudah mempunyai penilaian tersendiri dan memutuskan pilihan tersebut. Walaupun pengaruh tersebut tidak akan lepas pada pendidikan, psikologis, sosiodemografis dan sosiologisnya dari hasil analisa riset kuantitatif hingga dapat mengklasifikannya.

Kita akan tilik ada beberapa sumber yang bisa didapatkan oleh partai politik untuk membangun resources financial, agar pergerakan kekuatan kampanye yang kuat dan kokoh dapat dibangun oleh partai dan mencapai pada nilai yang besar jika diberdayakan secara maksimal. Berawal dari penyumbang ideologis kata Arnold Steinberg, jika dilihat pada negara kita ada dua ideologis yang sangat dominan kelihatan yaitu islamis dan nasionalis, jika dilihat pada perkembangan di barat ideologis nampak pada apakah kandidat sangat leberalis atau konservatif. Donatur atau penyandang dana ini akan melihat apakah kandidat yang akan didukungnya masuk dalam kategori ideologis partai islamis atau nasionalis, dan biasanya pendukung ideologis ini berpikir secara besar dan bukan secara sempit, semuanya mengandung kemungkinan “pengamanan negara”. Donatur yang konsen pada permasalahan, penyumbang ini tertarik pada suatu masalah, hingga ia bersedia mendukung seorang kandidat yang konsen terhadap permasalahan tersebut. Donatur kepartaian, penyumbang ini setia akan partai yang didukungnya, ia akan mendukung siapa pun yang dicalonkan oleh partai tersebut dikarenakan dia adalah kader partai itu. Donatur yang simpatik pada kandidat, karena sang kandidat adalah pusat perhatian untuk dipilih, maka kepribadian, gaya, karisma, pembawaannya, cara berbicara maupun retorikanya, dan gagasannya adalah unsur yang dapat memikat perhatian donatur ini. Donatur sosial, donatur ini mendukung karena secara sosial kampanye dapat diterima alasannya maupun isi dari isu yang dibawa pada saat berkampanye. Donatur yang pengejar akan kekuasaan, penyumbang ini biasanya menginginkan kedekatan dan keakraban kepada sang kandidat, ia menginginkan pengakuan dan menginginkan perasaan kekuasaan yang ditimbulkan oleh kekayaannya karena dia mempunyai kekuasaan untuk mempengaruhi tujuannya. Dan yang terakhir adalah trio masalah, yaitu donatur yang bukan ideologis maupun aktivis pergerakan melainkan posisi kandidat terhadap berbagai masalah yang menarik perhatiannya. Biasanya masalah tersebut dikaitkan dengan berbagai permasalah yang lain, hingga keterkaitan masalah tersebut membuat mudah untuk mengingat dan dapat membandingkannya dengan yang lain. Donatur ini lebih berorientasi pada permasalahan yang telah diselesaikan oleh kandidat dengan citranya yang baik dan karir politik yang bagus.

Dan banyak lagi resources financial yang bisa dikembangkan dari berbagai pergerakan kampanye yang dilaksanakan, seperti yang lakukan oleh presiden Amerika Serikat Barrack Obama, dengan membuka sumbangan berbagai kalangan pengguna internet hingga dapat mengumpulkan dana dari berbagai masyarakat negara-negara lain yang simpatik padanya, walupun hal ini merupakan hal yang belum pernah dilaksanakan oleh kalangan politisi di negara kita, akan tetapi patut dicoba jika memungkinkan.

Dari hal semuanya ini, akan tergantung sekali kepada sang kandidat yang diusung dan tim pemenangan pemilu yang telah dibentuk maupun konsultan pilitik yang digunakan oleh partai, untuk bekerja keras memenangkan kandidat partai politik yang di usung demi mencapai puncak jabatan yang di inginkan.

Satu respons untuk “Kampanye dan Konsultan Politik

Tinggalkan komentar